Oleh: Abu Fauzan Hanif Nur Fauzi –hafizhahullah– *
[ Nasehat kepada diri sendiri, teman-teman kami terkhusus kepada teman-teman lama kami… Semoga Allah senantiasa menjaga diri kami dan Antum semuanya ]
Alhamdulillah wa sholatu wa salam ‘ala nabiyina Muhammad wa ‘ala aalhi wa shohbihi wa salam
Merupakan sebuah kenikmatan tatkala Allah subhaanahu wa ta’ala menunjuki seorang hamba untuk dapat mengenal Islam. Allah ta’ala berfirman :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (آل عمران )
“Sungguh Allah telah memberikan anugerah kepada orang-orang yang beriman, tatkala (Allah) mengutus seorang Rasul di tengah-tengah mereka dari golongan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan mereka (dari kesyirikan, kebid’ahan, dan akhlak buruk lainnya [Lihat Taisir Karimirrahman]), dan mengajarkan kepada mereka al kitab dan al hikmah, meskipun sebelumnya, mereka dalam kesesatan yang nyata.” (Ali ‘Imran : 164)
Bahkan nikmat hidayah Islam merupakan nikmat terbesar yang diterima seorang manusia dari Allah. Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan:
فالمهتدي هو العامل بالحق المريد له وهي اعظم نعمة لله على العبد
“Orang yang mendapatkan hidayah adalah orang yang beramal dengan kebenaran, dia menginginkan hidayah tersebut ada pada dirinya, dan ini merupakan anugerah Allah yang paling besar kepada seorang hamba.”( Miftah Dar As Sa’adah, Asy Syamilah)
Hidayah Islam akan membimbing hamba mengetahui kedudukan dirinya di hadapan Allah ta’ala. Hidayah Islam akan memahamkan hamba akan hakikat keberadaan dirinya di dunia. Hidayah Islam akan membawa hamba untuk senantiasa taat dan tunduk kepada Rabbul ‘Alamin dan menjaga diri dari perbuatan yang mendatangkan kemurkaan-Nya. Sungguh… beruntunglah orang-orang yang berjalan di atas bumi ini, dengan bimbingan dan naungan hidayah Allah ‘Azza wa Jalla.
[ Allah Perintahkan Manusia Meminta Hidayah ]
Di setiap rakaat dalam sholat-sholat kita, bukankah Allah perintahkan kepada kita untuk membaca surat Al Fatihah??? Bukankah dalam salah satu ayat, Allah berfirman:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“(Ya Allah), berikanlah kepada kami hidayah menuju jalan yang lurus” (Al Fatihah : 6)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun adalah orang yang senantiasa berdoa kepada Allah ta’ala memohong hidayah. Dari shahabat Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca doa :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu hidayah, ketaqwaan, penjagaan diri, dan hati yang merasa cukup”(HR. Muslim, no. 2721)
Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya tentang pentingnya meminta hidayah. Dan beliau adalah beliau, yang telah diampuni seluruh dosa dan kesalahannya, dijamin oleh Allah ta’ala dengan jaminan surga. Lantas kita… ??? Di manakah kita dibandingkan dengan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[ Akhi…Hargailah Nikmat yang Agung Ini ]
Tatkala Allah ta’ala melunakkan hati seorang hamba untuk dapat menerima al haq, yang ketika itu mayoritas manusia menolaknya, maka sungguh…inilah anugerah terbesar dari Allah kepada hamba. Tidaklah kenikmatan ini didapatkan oleh semua manusia, Allah (dengan segala hikmah dan pengetahuan-Nya) hanyalah menunjuki hamba tertentu saja diantara hamba-hamba-Nya. Allah ta’ala berfirman:
فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Dan sesungguhnya Allah menyesatkan orang-orang yang Dia kehendaki dan Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki” (Fathir :
Namun terkadang banyak manusia lalai akan nikmat yang agung ini, lalai dan menyia-nyiakannya. Benih-benih hidayah yang dahulu pernah tumbuh dalam hatinya, benih hidayah yang dahulu seseorang bisa merasakan lezatnya ketaatan kepada Allah karenanya, merasakan manisnya hidup di atas sunnah… Ada sebagian manusia menelantarkan kenikmatan ini, seakan-akan mereka adalah orang yang belum pernah mengenal hidayah, kembali menjadi awwam.
Sungguh sangat dikhawatirkan apa yang menimpa kaum Yahudi, menimpa pula kepada mereka. Allah ta’ala berfirman:
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah akan memalingkan hati mereka (dari kebenaran). Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (As Shof : 5)
Saudaraku… Ayat ini berbicara tentang orang-orang Yahudi, yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran, namun tidak mau mengikutinya. Merekalah orang yang dimurkai oleh Allah ‘azza wa jalla.
Syaikh As Sa’diy rahimahullahu mengatakan, “Salah satu puncak kelancangan dan kesesatan adalah tatkala seorang manusia mengetahui kebenaran, lantas meninggalkannya. Mereka berpaling dari kebenaran dengan maksud dan keinginan mereka. Maka Allah ta’ala akan semakin memalingkan hati mereka dari kebenaran, sebagai hukuman bagi mereka, atas kesesatan yang mereka pilih. Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka, karena mereka tidaklah pantas untuk menerima kebaikan, tidak pantas bagi mereka melainkan kebinasaan. (Taisir Karimirrahman, Cetakan Maktabah Ar Rusyd, hal. 758)
Beliau melanjutkan, “Ayat ini, yaitu As Shof ayat 5, menunjukkan bahwa ketika Allah ta’ala tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik, bukanlah berarti Allah dzolim kepada mereka. Tetapi, semua ini hanyalah disebabkan karena perbuatan mereka. Mereka sendirilah lah yang menutup pintu-pintu hidayah, setelah mereka mengilmuinya.”(Taisir Karimirrahman, Cetakan Maktabah Ar Rusyd, hal. 758)
Allah ta’ala telah berfirman :
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Kami palingkan hati dan penglihatan mereka, sebagaimana pada awalnya mereka tidak beriman kepadanya (Al Quran), dan Kami biarkan mereka bimbang dalam kesesatan” (Al An’am : 110)
[Akhi…Kemanakah Engkau yang Dahulu…???]
Kita saksikan realita dengan mata kita, sebagaian saudara-saudara kita yang dahulu bersama kita mempelajari sunnah, yang dahulu sangat semangat mengamalkan sunnah, menggebu-gebu mendakwahkan sunnah, saat ini hanyut tertelan gelombang fitnah.
Jenggot yang dahulu menjadi kebanggaan, sekarang tinggallah menjadi kenangan. Pakaian syar’i yang dahulu engkau kenakan, celanamu yang dahulu di atas mata kaki, seiring berlalunya zaman, semakin memanjang, hingga menyapu jalanan.
Lupakah engkau, wahai saudaraku… bahwa kita dahulu pernah berlomba-lomba memenuhi seruan adzan? Lupakah engkau… bahwa kita dahulu sangat semangat menghadiri kajian-kajian? Bukankah engkau dahulu terhadap teman-teman perempuan selalu menjaga pandangan?
Saudariku, kemana jilbabmu yang engkau kenakan? Jilbabmu yang dahulu engkau banggakan, jilbab yang menutup sempurna, kini semakin mengecil, lantas menghilang. Saudaraku, kemanakah dirimu yang dahulu…?
Sungguh, kita saksikan saat ini, betapa ganasnya fitnah yang melanda orang-orang yang beriman. Fitnah yang menyerang kaum muslimin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah dalam beramal ketika datangnya fitnah, fitnah yang bagaikan potongan gelapnya malam, seorang yang beriman di pagi hari, menjadi kafir di sore hari atau seorang yang beriman di sore hari, menjadi kafir di pagi harinya, dia menukar agamanya dengan sebagian dari perhiasan dunia.”(HR. Muslim, no 328)
Tidaklah selamat dari fitnah ini melainkan dia yang ditunjuki oleh Allah untuk tegar menapak jalan kebenaran. Fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Hanyalah kepada Allah, seorang hamba memohon hidayah. Allahu musta’an.
Allah subhaanahu wa ta’ala adalah Dzat yang Maha Membolak balikkan hati manusia. Orang yang dahulu sangat semangat menyerukan sunnah, saat ini telah berubah menjadi seorang yang membenci sunnah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa :
“يا مقلب القلوب ! ثبت قلبي على دينك” . فقيل له في ذلك .فقال : إنه ليس آدمي إلا و قلبه بين إصبعين من أصابع الله ، فمن شاء أقام و من شاء أزاغ
“Ya Allah, Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu”, kemudian ada yang bertanya tentang doa tersebut. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya tidaklah anak Adam melainkan hatinya berada diantara dua jari dari jemari-jemari Allah. Siapa yang dikehendaki, Allah akan luruskan dia, dan siapa yang dikehendaki, Allah akan simpangkan dia.”(HR. Tirmidzi no. 3517, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini : Sanadnya Shahih)
Saudaraku…
Ini adalah sebatas nasehat …
Bagi kami…sebagai motivator supaya tegar berjalan melawan fitnah syubhat dan syahwat…
Bagi saudara-saudara kami… sebagai pengingat agar tetap istiqomah, hingga berjumpa Allah kelak di akhirat…
Terkhusus bagi saudara-saudara lama kami… yang dahulu kita pernah bersama…
Ini sebatas nasehat…
Karena agama tidaklah tegak melainkan dengan nasehat….
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Ad Dinnu An Nashihat”
Washolallahu ‘ala Nabiyina Muhammad…
***
Al Faqir ‘ila Maghfirati Rabbihi ‘Azza wa Jalla
______________________________________
Wisma Darus Shalihin, 16 Shafar 1431 H
*Penulis adalah salah seorang mahasiswa UGM (Teknik Kimia) yang sekarang ini banyak berkecimpung dalam kegiatan keislaman, di antara aktivitasnya adalah: menjadi mudir/direktur Ma’had Bahasa Arab Umar bin Khattab yang dibina oleh Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari. Semoga Allah menjaga kami dan beliau dan memberikan keistiqomahan kepada kami dan beliau.